Tradisi Kulineran Pabrik Tempe di Kota Bandung Berdiri Puluhan Tahun Masih Bertahan

Uncategorized76 Dilihat

Bandung KOMPAS1.id

Di tengah padatnya aktivitas kawasan Jalan Kopo, Kota Bandung, terdapat sebuah usaha rumahan yang masih mempertahankan tradisi kuliner nusantara. Adalah Pabrik Tempe Bapak Hasan, yang sejak puluhan tahun lalu menjadi salah satu sentra produksi tempe tradisional di wilayah tersebut.

banner 336x280

Dengan peralatan sederhana dan tenaga kerja dari warga sekitar, pabrik tempe milik Bapak Hasan setiap harinya mengolah kedelai menjadi tempe berkualitas. Proses produksinya dimulai dari perendaman kedelai semalaman, kemudian direbus hingga setengah matang. Setelah itu kedelai dikupas kulit arinya, dicuci, dan dicampur dengan ragi khusus. Campuran tersebut kemudian dibungkus menggunakan daun pisang dan plastik putih, sebelum difermentasi selama dua hari hingga terbentuk tempe padat beraroma khas.

Bapak Hasan, pemilik pabrik, mengaku telah menekuni usaha ini lebih dari dua dekade. “Saya meneruskan usaha orang tua. Dari dulu tempe selalu dicari orang, jadi sampai sekarang alhamdulillah produksi tidak pernah berhenti,” ujarnya.

Setiap harinya, pabrik tempe Bapak Hasan mampu memproduksi ratusan bungkus tempe yang kemudian dipasarkan ke pasar tradisional, warung makan, hingga pedagang kaki lima di sekitar Bandung. Tempe buatannya dikenal memiliki tekstur padat dan rasa gurih alami, sehingga banyak dicari oleh para pedagang.

Meski usaha ini telah menghidupi banyak keluarga, tantangan tidak pernah lepas. Fluktuasi harga kedelai impor kerap menjadi hambatan utama. Namun semangat Bapak Hasan tidak surut. Ia tetap berusaha menjaga kualitas produknya, dengan keyakinan bahwa tempe akan selalu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.

“Selama masih ada nasi, pasti ada tempe. Tempe itu makanan rakyat, murah tapi bergizi,” tambahnya.

Keberadaan pabrik tempe Bapak Hasan di Jalan Kopo bukan hanya menjadi sumber penghidupan bagi keluarganya dan para pekerja, tetapi juga bukti bahwa usaha kecil tradisional bisa bertahan di tengah arus modernisasi. Di balik kesederhanaannya, usaha ini telah menjadi bagian penting dari ketahanan pangan sekaligus warisan kuliner nusantara yang terus hidup di Kota Bandung.

M. Yusup Hamdani ( Wartawan )

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *