Aceh Singkil kompas1.id –
Ikatan Pelajar Mahasiswa Singkil (IPMA-SINGKIL) terus menegaskan eksistensinya sebagai wadah paguyuban mahasiswa yang tidak hanya aktif secara internal, tetapi juga hadir nyata di tengah persoalan sosial dan kemanusiaan. Dalam usia organisasi yang baru lebih dari satu tahun, IPMA-SINGKIL telah menunjukkan konsistensi pergerakan dengan turun langsung menyisir wilayah terdampak bencana alam di Provinsi Aceh, meliputi Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh Tamiang, dan Kabupaten Aceh Timur.
Pergerakan ini menjadi penanda bahwa IPMA-SINGKIL tidak berhenti pada fungsi kekeluargaan dan silaturahmi mahasiswa daerah, melainkan tumbuh menjadi ruang kolektif yang responsif terhadap isu-isu kemanusiaan. Dalam pelaksanaannya, IPMA-SINGKIL bergerak bersama Aliansi Masyarakat Peduli Nanggroe, yang terdiri dari IPMA-SINGKIL, Cakrawala Muda Aceh, dan Solidaritas Mahasiswa Pemuda Aceh (SMPA), sebagai bentuk penguatan solidaritas lintas organisasi.
Meski masih kerap disebut “seumur jagung”, IPMA-SINGKIL justru membuktikan bahwa usia tidak menentukan nilai sebuah gerakan. Dari Aceh Singkil, IPMA-SINGKIL melangkah lebih jauh, menjangkau kabupaten-kabupaten lain di Aceh, dan menghadirkan kehadiran mahasiswa sebagai bagian dari solusi di tengah krisis dan bencana.
Ketua Umum IPMA-SINGKIL, Ari Jalu Suzain, menegaskan bahwa arah gerakan IPMA-SINGKIL sejak awal adalah menjadikan paguyuban mahasiswa sebagai ruang yang hidup dan berdampak.
“IPMA-SINGKIL kami bangun bukan hanya sebagai tempat berkumpul mahasiswa Singkil, tetapi sebagai wadah yang peka, bergerak, dan berpihak. Kehadiran kami di Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Tamiang, dan Aceh Timur adalah wujud tanggung jawab moral mahasiswa terhadap rakyat Aceh,” ujarnya.
Sementara itu, Humas IPMA-SINGKIL, Amsyardin Maulana Putra, menyampaikan bahwa pergerakan ini adalah upaya menegaskan posisi IPMA-SINGKIL di lingkaran paguyuban mahasiswa Aceh.
“Kami ingin menunjukkan bahwa paguyuban mahasiswa bukan organisasi pasif. IPMA-SINGKIL memilih jalan kerja nyata turun, hadir, dan membersamai masyarakat. Inilah cara kami membangun kepercayaan dan relevansi organisasi di tengah mahasiswa dan publik,” tegasnya.
Melalui gerakan ini, IPMA-SINGKIL berharap dapat terus memperkuat peran mahasiswa sebagai agen kemanusiaan, menjaga semangat kolektif di antara mahasiswa Singkil, serta menjadikan paguyuban sebagai ruang pembelajaran sosial yang aktif dan berdaya guna.
IPMA-SINGKIL menegaskan: paguyuban bukan sekadar identitas, tetapi ruang pengabdian dan pergerakan.
IPMA-SINGKIL berkomitmen untuk terus hadir, bergerak, dan berkontribusi bagi masyarakat Aceh.
reporter Sabri











