Bandung KOMPAS1.id
Di tengah padatnya aktivitas kawasan Jalan Kopo, Kota Bandung, terdapat sebuah usaha rumahan yang masih mempertahankan tradisi kuliner nusantara. Adalah Pabrik Tempe Bapak Hasan, yang sejak puluhan tahun lalu menjadi salah satu sentra produksi tempe tradisional di wilayah tersebut.
Dengan peralatan sederhana dan tenaga kerja dari warga sekitar, pabrik tempe milik Bapak Hasan setiap harinya mengolah kedelai menjadi tempe berkualitas. Proses produksinya dimulai dari perendaman kedelai semalaman, kemudian direbus hingga setengah matang. Setelah itu kedelai dikupas kulit arinya, dicuci, dan dicampur dengan ragi khusus. Campuran tersebut kemudian dibungkus menggunakan daun pisang dan plastik putih, sebelum difermentasi selama dua hari hingga terbentuk tempe padat beraroma khas.
Bapak Hasan, pemilik pabrik, mengaku telah menekuni usaha ini lebih dari dua dekade. “Saya meneruskan usaha orang tua. Dari dulu tempe selalu dicari orang, jadi sampai sekarang alhamdulillah produksi tidak pernah berhenti,” ujarnya.
Meski usaha ini telah menghidupi banyak keluarga, tantangan tidak pernah lepas. Fluktuasi harga kedelai impor kerap menjadi hambatan utama. Namun semangat Bapak Hasan tidak surut. Ia tetap berusaha menjaga kualitas produknya, dengan keyakinan bahwa tempe akan selalu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
“Selama masih ada nasi, pasti ada tempe. Tempe itu makanan rakyat, murah tapi bergizi,” tambahnya.
Keberadaan pabrik tempe Bapak Hasan di Jalan Kopo bukan hanya menjadi sumber penghidupan bagi keluarganya dan para pekerja, tetapi juga bukti bahwa usaha kecil tradisional bisa bertahan di tengah arus modernisasi. Di balik kesederhanaannya, usaha ini telah menjadi bagian penting dari ketahanan pangan sekaligus warisan kuliner nusantara yang terus hidup di Kota Bandung.
M. Yusup Hamdani ( Wartawan )