Proyek Irigasi Muara Jaya Disorot, Beton Rapuh Diduga Tak Sesuai Spesifikasi Teknis

Jambi181 Dilihat

Sungai penuh Kompas1.id
Kondisi proyek saluran irigasi di Desa Muara Jaya, Kecamatan Kumun Debai, Kota Sungai Penuh, menuai sorotan tajam dari masyarakat. Proyek yang belum lama selesai dikerjakan tersebut dinilai memiliki kualitas pekerjaan yang buruk dan memprihatinkan.

Hasil pantauan di lapangan menunjukkan beton pada dinding saluran irigasi tampak rapuh, keropos, dan berpori. Bahkan, material beton tersebut mudah hancur hanya dengan sentuhan tangan. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran serius terhadap daya tahan bangunan, terutama saat saluran dialiri air dengan debit tinggi.

banner 336x280

Proyek Daerah Irigasi (DI) tersebut disebut-sebut dikerjakan oleh pihak subkontraktor sebagai endorse di bawah PT Wijaya Karya (WIKA). Namun, hasil pelaksanaan pekerjaan diduga kuat tidak sesuai dengan spesifikasi teknis konstruksi sebagaimana mestinya.

Seorang warga Desa Muara Jaya yang enggan disebutkan namanya mengaku terkejut melihat kondisi bangunan irigasi tersebut.

> “Kami mengira bangunan ini kuat karena menggunakan anggaran negara. Tapi kenyataannya, beton bisa hancur hanya dipegang. Kalau baru selesai saja sudah rusak, bagaimana nanti jika terus dialiri air?” ujarnya.

Kekecewaan juga disampaikan warga lainnya. Mereka menegaskan bahwa saluran irigasi merupakan infrastruktur vital bagi petani sebagai sumber utama pengairan sawah. Kondisi bangunan yang diduga bermutu rendah dikhawatirkan tidak akan bertahan lama dan justru menimbulkan persoalan baru bagi masyarakat.

“Ini irigasi untuk petani, bukan bangunan sementara. Kalau cepat rusak, kami yang dirugikan. Jangan sampai proyek ini hanya terlihat bagus di awal, tapi tidak bisa dimanfaatkan dalam jangka panjang,” keluh seorang warga Muara Jaya lainnya.

Sorotan keras turut datang dari aktivis Kerinci, Ramli. Ia menilai kondisi tersebut sebagai indikasi kuat lemahnya kualitas pekerjaan sekaligus minimnya pengawasan dari pihak terkait.

“Kalau beton irigasi bisa hancur hanya dengan tangan, itu bukan sekadar kelalaian, tetapi menunjukkan mutu pekerjaan yang sangat rendah. Ini menggunakan uang negara, bukan dana pribadi. PT WIKA sebagai pelaksana utama harus bertanggung jawab, demikian pula BWSS VI Jambi sebagai pengawas,” tegas Ramli.

Selain kualitas bangunan, Ramli juga menyoroti tidak ditemukannya papan informasi proyek di lokasi pekerjaan. Menurutnya, ketiadaan papan proyek patut dicurigai karena menghilangkan akses publik untuk mengetahui nilai anggaran, masa pelaksanaan, serta pihak-pihak yang bertanggung jawab.

Tidak ada papan proyek, spesifikasi tidak diketahui, kualitas bangunan buruk. Ini patut diduga sebagai upaya mengaburkan informasi agar masyarakat tidak bisa melakukan pengawasan. Pengawasan BWSS VI Jambi terkesan tutup mata,” tambahnya.

Dalam beberapa waktu terakhir, PT Wijaya Karya (WIKA) memang kerap menjadi sorotan publik di wilayah Kerinci dan Kota Sungai Penuh terkait sejumlah proyek infrastruktur yang dinilai bermasalah, mulai dari normalisasi sungai hingga pembangunan saluran irigasi.

Masyarakat Desa Muara Jaya mendesak dilakukannya audit teknis secara menyeluruh terhadap proyek DI irigasi tersebut. Mereka meminta kualitas material diperiksa ulang, pekerjaan dievaluasi secara profesional, serta pihak-pihak yang bertanggung jawab dimintai pertanggungjawaban agar potensi kerugian negara dan masyarakat dapat dihindari.

Hingga berita ini diterbitkan, pihak PT Wijaya Karya maupun Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) VI Jambi belum memberikan keterangan resmi terkait buruknya hasil pekerjaan proyek DI irigasi di Desa Muara Jaya, Kecamatan Kumun Debai, Kota Sungai Penuh.

( Deni )

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *