Kursi Kekuasaan Butuh Kerendahan Hati

Uncategorized17 Dilihat

Oleh : Idat Mustari**

Bandung KOMPAS1.id
Tidak mudah meraih kursi kekuasaan baik di legislatif atau eksekutif, persaingannya sangatlah tinggi, sangatlah ketat. Saling sikat, saling sikut diantara mereka. Tidak cukup bermodalkan niat untuk bisa meraih kursi itu, melainkan juga harus bermodalkan duit yang tak sedikit. Tidak cukup bermodalkan kecerdasan, dan integritas, tapi juga harus siap isi tas. Setelah menduduki kursi kekuasaan pun,  tidaklah mudah, godaanya tinggi, layaknya hiasan dunia (al-mata al-ghurur) karena menyangkut jabatan, pengaruh, uang, dan sumberdaya penting.

banner 336x280

Abraham Lincoln berkata, “Semua orang bisa tahan dengan kesengsaraan, tapi bila kau ingin mengetahui karakter seseorang, berilah dia kekuasaan. Sosok yang dulu dikenal rendah hati sekarang jadi tinggi hati. Dulu dikenal ramah berubah jadi galak. Dulu dikenal someah sekarang jadi judes. Memang pengaruh kekuasaan sangatlah hebat, bisa mengubah seseorang dari sosok yang kita kenal menjadi sosok yang asing

Allah memberikan pelajaran kepada kita, tentang seorang raja yang tiranik yakni Fir’aun Ramses II (1304-1237 M). Bahkan Fir’aun ini selain menindas rakyat juga mengaku dirinya Tuhan. Dia ingin dikultuskan oleh semua rakyatnya. Jika rakyatnya tidak mengkultuskannya dibayang-bayangi “ngeri-ngeri sedap.” Sikapnya mengangungkan diri sendiri kemudian menindas harkat-martabat manusia seperti diktator dan tiran.  Dia diperhamba oleh nafsunya sendiri untuk berkuasa dan menguasai orang lain. Yang kemudian hari, Allah mengutus seorang Nabi untuk melawannya,menghadapinya yakni Musa as (simbol perlawanan)

Firaun sering digambarkan sebagai simbol keangkuhan dan kesombongan. Kesombongan Fir’aun adalah menutup telinga atas saran–peringatan dari Musa as. Firaun meyakini bahwa kekuasaan dan kemuliaan yang dimilikinya berasal dari keturunan ilahi, yang membuatnya merasa tidak terkalahkan dan di atas hukum. Kesombongannya telah memancing kemarahan  Allah, hingga kemudian ditenggelamkan dalam lautan.

Kisah Fir’aun adalah kisah nyata bukan dongeng. Yang seharusnya menjadi pelajaran bagi siapapun yang hari ini sedang  berkuasa. Bahwa sehebat apapun dirinya. Sebesar apapun kekuasaannya tetapi jika sombong akan ada perlawanan dari “Musa.” (Rakyat). Rakyat Bersatu tak bisa dikalahkan oleh penguasa yang sombong. Justru ia  akan tumbang jatuh terjengkang. Dan itu hanya soal waktu.

Beberapa hari ini, Allah sepertinya menyampaikan pesan kepada kita,bahwa siapapun bisa jatuh dari kursi kekuasan karena kesombongan dan keangkuhan. Dalam 24 jam terakhir, empat anggota DPR RI secara serentak dinonaktifkan oleh partai politik mereka, sebagai buntut dari pernyataan yang dianggap arogan hingga memicu kemarahan publik. Sejarah kursi kekuasaan kembali diputar oleh Maha Kuasa, bahwa banyak orang jatuh dari kursi kekuasaannya dengan cara yang tak pernah mereka bayangkan, seperti tak terbayangkan oleh Ahmad Sahroni, Nafa Urbach, Eko Patrio, Uya Kuya yang harus berhenti tiba-tiba sebagai anggota DPR RI.

Pelajaran penting dari apa yang terjadi adalah siapapun yang hari ini sedang duduk di kursi kekuasaan untuk tidak lupa, bahwa kursi itu hakikatnya bukan milik mereka. Oleh sebab itu, dibutuhkan kerendahan hati setelah meraihnya, agar kursi kekuasaan itu setia. Jika tidak, kursi kekuasaan itu bisa hilang tiba-tiba.

**Pemerhati Sosial dan Mantan Pengurus KNPI Jabar

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *