Proyek Normalisasi Batang Merao Perlu Tinjauan, Jalan Warga Jadi Korban

Jambi70 Dilihat

Kompas1.id
SUNGAI PENUH Proyek normalisasi Sungai Batang Merao yang dikerjakan oleh PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (PT WIKA) di wilayah Kecamatan Hamparan Rawang, Kota Sungai Penuh, memicu protes keras dari masyarakat setempat.

Keluhan warga muncul lantaran material sisa galian hasil pengerukan sungai dibiarkan menumpuk di bahu jalan Desa Paling Serumpun, sehingga mempersempit badan jalan, mengganggu akses transportasi, serta dinilai membahayakan keselamatan pengguna jalan.

banner 336x280

Berdasarkan pantauan langsung di lapangan, Sabtu (27/12/2025), timbunan tanah dari dasar sungai terlihat meluber hingga memakan sebagian badan jalan, menyebabkan lebar jalan berkurang drastis. Dampaknya, kendaraan roda empat kesulitan berpapasan, dan salah satu harus mengalah turun ke bahu jalan yang licin saat hujan.

Salah seorang warga Desa Paling Serumpun menyampaikan dukungannya terhadap sungai, namun menyayangkan tidak adanya penanganan pasca-pengerukan.

Jalan jadi sempit sekali. Kalau berpapasan mobil, salah satu harus mengalah turun ke bahu jalan yang licin. Kami mendukung normalisasi sungai, tapi tolong sisa galiannya diangkut, jangan dibiarkan menumpuk di jalan desa kami,” ujarnya.

Selain mengganggu mobilitas, warga juga mengkhawatirkan dampak kesehatan. Saat cuaca panas, tumpukan tanah memicu debu tebal yang mengganggu pernapasan, sementara saat hujan, material berubah menjadi lumpur licin, berpotensi menyebabkan kecelakaan.

Upaya konfirmasi telah dilakukan kepada pihak rekanan PT WIKA. Namun, Johan, yang disebut sebagai vendor pelaksana di lapangan, tidak memberikan respons saat dihubungi melalui WhatsApp pada Sabtu (27/12/2025), meski pesan terpantau masuk.

Sikap bungkam pihak rekanan ini menuai kekecewaan warga, karena dianggap tidak transparan dan abai terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan dari proyek tersebut.

Masyarakat mendesak PT WIKA agar segera mengangkut dan membersihkan sisa material galian, demi mengembalikan fungsi jalan seperti semula, serta memastikan aktivitas ekonomi dan mobilitas warga tidak terus terhambat.
Hingga berita ini dipublikasikan, tumpukan tanah galian masih terlihat di sepanjang bahu jalan Desa Paling Serumpun, tanpa ada tanda-tanda evakuasi atau pembersihan. (Tim)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *